KEPEMIMPINAN
Pengertian
Menurut Terry :
Kepemimpinan
yaitu kegiatan atauseni mempengauhi orang lain agar mau bekerja sama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam
mencapai tujuanyang diinginkan kelompok.
Menurut Soewarno
Handoyoningrat :
suatu proses
dimana pimpinan digambarkan akan memberikan pengarahan atau perintah,bimbingan
atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dari dua
pendapat ini,dapat kita simpulka bahwa pengrtian kepemimpinan adalah sebuah
proses dimana pimpinan menpengaruhi individu/seseorang di dalam sebuak kelompok
organisasi dengan beberapa cara dalam
mencapai tujuan di situasi tertentu.
Gaya Kepemimpinan
A.
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan yang memusatkan segala urusan hanya
pada pemimpin. Keputusan ada ditangan pemimpin dan semua perintah di berikan
oleh pemimpin dan bawahan hanya menjalankan perintah tanpa adanya ikut campur. Bawahan
tidak di beri wewenang dalam memutuskan sesuatu.
B.
Gaya Kepemimpinan
Demokratis
Gaya kepemimpinan yang memberikan wewenang dalam
pemecahan masalah kepada bawahannya. Dalam memecahkan suatu masalah,bawahan di
ikut sertakan dalam pengambilan keputusan dan di beri hak pemecahan masalah
itu.
C.
Gaya Kepemimpinan Bebas
Gaya Kepemimpinan yang memiliki peran sebagai
pemantaunya,dalam artian bahwasanya pemimpin hanya sebagai pencets gagasan atau
penentu sasaran dan bawahan yang bertugas mengerjakan dengan di beri wewenang
untuk mencapai sasaran itu beberapa cara yang dimiliki bawahan.
Tipe-tipe Kepemimpinan.
A.
Kharismatik
Tipe kepemimpinan yang memiliki energi,daya tarik dan
pembawaan yang bisa mempengaruhi orang lain agar mau menjadi pengikutnya dan
memiliki inspirasi,keberanian,dan berkenyakinan teguh terhadap diri sendiri.
B.
Paternalistik dan
Maternalistik
I.
Tipe Kepemimpinan Paternalistik
yang di identikan dengan sifat kebapakan seperti :
a)
Menganggap bawahannya belum
dewasa/kekanak-kanakan,
b)
Bersikap terlalu melindungi
bawahan,
c)
Tidak pernah memberikan
bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri,
d)
Tidak pernah memberikan
bawahannya untuk berinisiatif dalam bekerja,
e)
Tidak pernah memberikan
bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas,
f)
Bersikap maha tahu dan maha
benar.
II.
Tipe Maternalistik hampir
sama dengan paternalistik,hanya saja yang membedalannya adalah sikap
over-protective yang penuh kasin sayang yang berlebihan
C.
Militeristiik
Tipe kepemimpinan yang mirip dengan dengan gaya
kepemimpnan Otoriter dengan sifat seperti :
a)
Menggunakan sistem
perintah/komando dengan cara yang keras namun kurang bijaksana,
b)
Menyenangi formalitas dan
tanda kebesaran yang berlebihan
c)
Mewajibkan adanya
kedisplinan,
d)
Tidak menghendaki adanya
usul,saran,sugesti,kritik dari bawahan,
e)
Tipe komunikasi yang
searah.
D.
Otokratis (Outhoritative,Dominator)
Tipe Kepemimpinan yang mempunyai ciri :
a)
Mendasar pada kekuasaan dan
paksaan mutlak,
b)
Pemimpin berperan sebagai
pemain tungaal,
c)
Berambisi untuk merajai situasi,
d)
Perintah dan kebijakan
selalu di tetapkan sendiri,
e)
Penyampaian informasi yang
kurang mendetail kepada bawahan,
f)
Adanya sikap ekslurisme,
g)
Ingin selalu berkuasa secaa
absolut,
h)
Sikap dan prinsip sangat
konservatif kuno,ketat dan kaku.
BIOGRAFI PEMIMPIN
Biografi Muhammad Al Fatih (Mehmed II)
Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.
Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Usaha Muhammad Al Fatih Menakhlukkan Konstantinopel
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ‘Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ‘ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma’il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ‘ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sulthan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur’an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Syeikh Ak Samsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sulthan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
TULISAN BEBAS
Dakwah bukan jalan
yang mudah
Kalo kita
denger kata dakwah,terkadang suka berpikir kalau apa yang dilakukan para
penceramah itu adalah hal yang biasa da hanya mengejar materil saja agar dapat
menghidupi dirinya dan keluarganya saja. Banyak orang yang terkadang menyepelekan
pendakwah atau aktivis dakwah yang sedang berdakwah.
Banyak orang
yang terkadang berpikiran bahwa ajaran yang di ajarkan pendakwah itu adalah hal
yang melenceng dari aqidah agama bahkan ada yang mengatakan bahwa kalau ilmu
masih rendah tidak boleh berdakwah. Kata siapa?
Perjalanan
dakwah yang aling awal adalah ketika masih dini/kecil dengan mengaji di TPA
atau masjid-masjid dan mushola,kemudian ketika di SMP kita bisa ikut kegiatan
keagamaan seperti eskul agama islam yag mengajarkan segala hal dan bukan cuma dakwah
tapi pelajaran lain. Banyak anak SMP yang mengatakan kalu dakwah itu tidaklah
susah dan hanya di lakukan dengan menghafal teks atau melihat lembaran saat
berceramah.
Hal yang
salah jika itu benarkan,dakwah itu tidaklah gampang,namun sulit dalam
menjalaninya. Para aktivis dakwah harus kuat ketika mereka di cemooh oleh orang
ketika ajaran yang di ajarkan di suatu desa atau kelompok masyarakat yang belum
begitu mengert tentang ilu agama yang begitu mendalam.
Di tingkat
SMA bahkan kita diajarkan tentang dakwah dan perjalannannya dalam menyambung
tali penghubung antara aktivis senior ke junior dalam berdakwah. Di tingkat
Universitas saja kita sudah terjun langsung dan merasakan betapa susanya
berdakwah jika kita ingin menegakkan risalah nabi. Mungkin perjuanagan dakwah
itu memanglah tidak mudah tapi kita harus membuat perjalanan yng susah itu
menjadi hal yang menyenangkan dan sebagai investasi pahala kita.