Sunday, 25 January 2015

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

A. Pengertian Just In Time (JIT)

     Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.


Konsep just in time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi , sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.

Just In Time (JIT) adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: " Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh rumusan yang lebih sederhana, pengertian pemborosan: " Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan.

7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena:

- Over produksi
- Waktu menunggu
- Transportasi
- Pemrosesan
- Tingkat persediaan barang
- Gerak
- Cacat Produksi

B. Konsep Dasar Just In Time 

Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk ynag diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya.

Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):

  1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan  dan dalam jumlah yang diperlukan.
  2. Autonomasi merupaka suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
  3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
  4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut:
  • Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
  • Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.
  • Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
  • Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
  • Aktivitas perbaikan lewat kelompok kecil dan sistem saran untuk meningkatkan moril tenaga kerja.
  • Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh bagian perusahaan.
C. Elemen-elemen Just In Time
  • Pengurangan waktu set up
  • Aliran produksi lancar (layout)
  • Produksi tanpa kerusakan mesin
  • Produksi tanpa cacat
  • Peranan operator
  • Hubungan yang harmonis dengan pemasok
  • Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
  • Sistem kanban 
Pengurangan waktu set up dan ukuran lot

a. Pemilihan kegiatan set up
    Kegiatan set up bisa dipilih menjadi :
  1. Kegiatan eksternal set up: Persiapan cetakan dan alat bantu, pemindahan cetakan dll.
  2. Kegiatan internal set up: Bongkar pasang pada mesin, penyetelan mesin dll.
b. Langkah mengurangi waktu set up:
  1. Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan selagi mesin berhenti (internal set up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroprasi (eksternal set up).
  2. Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih banyak eksternal set up, contohnya: Persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan dll.
  3. Mengurangi internal set up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian (adjustment), menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu dll.
  4. Mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set up, baik internal maupun eksternal.
Contoh:
  • Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6 menit. Andaikata lot yang harus dibuat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit, maka waktu produksinya =1 jam + (3000 x 1 menit)= 3060 menit= 51 jam.
  • Setelan waktu set up dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu produksinya menjadi= 6 menit + (3000 x 1 menit)= 3006 menit.
  • Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot sebanyak 300 buah dari berbagai jenis yang diulang  sebanyak 10 kali, yaitu: (6 menit + (300 x 1 menit) x 10= 3060 menit= 51 jam.
  • Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan. 
Aliran produksi lancar (layout)
a. Pemborosan yang berkaitan dengan proses Layout
    Pada layout proses ditemukan berbagai pemborosan, yaitu:
  1. Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi
  2. Pemborosan transportasi dan material handling 
  3. Akumulasi persediaan dalam proses
  4. Penanganan material berganda bahkan beberapa kali
  5. Lead time produksi yang sangat panjang 
  6. Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi
  7. Arus material dan prosedur kerja sulit dibakukan 
  8. Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standardisasi
b. Menuju ke Product Layout
c. Aliran produksi
  • Proses layout. Waktu simpan komponen lama, tingkat persediaan tinggi dan prioritas kerja sulit ditentukan.
  • Ketidakseimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka komponen akan terakumulasi sebagai persediaan dan pengaturan kerja akan sulit dilakukan 
  • Set up/ penggantian alat yang makan waktu. Persediaan komponen akan menumpuk, sementara proses berikutnya akan tertunda
  • Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan barang dalam proses
  • Masalah kualitas. Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses selanjutnya akan berhenti dan persediaan akan menumpuk
  • Absensi. Jika seorang operator ada yang berhalangan kerja dan penggantinya sulit ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.

Produksi tanpa kerusakan mesin

a. Preventive Maintenance

  1. Pendekatan untuk mencegah kerusakan dan gangguan mesin 
  2. Faktor penyebab gangguan mesin
  3. Gangguan mesin dan penanggulannya
b. Total Productive Maintenance

  1. Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan rutin mesin, misalnya: Pelumasan, pengencangan baut dan sebagainya. Guna mencegah penurunan daya kerja mesin
  2. Melaksanakan petunjuk penggunaan mesin secara wajar
  3. Mengembangkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap tanda-tanda awal penurunan kemampuan mesin, dengan melakukan perawatan yang mudah, pembersihan, penyetelan dll
Sementara karyawan bagian pemeliharaan, bisa melakukan antara lain:
  1. Membantu operator produksi mempelajari kegiatan perawatan yang dapat dilakukan sendiri
  2. Memperbaiki penurunan kemampuan peralatan melalui inspeksi berkala, bongkar pasang dan penyesuaian/penyetelan kembali
  3. Menentukan kelemahan dalam rancang bangun mesin, merencanakan dan melakukan tindakan perbaikan, menentukan kondisi wajar operasi mesin
  4. Membantu operator menaikkan kemampuan perawatan dll

0 comments:

Post a Comment