Thursday 27 December 2012

Managemen Umum : Kepemimpinan


KEPEMIMPINAN

Pengertian

Menurut Terry :

Kepemimpinan yaitu kegiatan atauseni mempengauhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuanyang diinginkan kelompok.

Menurut Soewarno Handoyoningrat :

suatu proses dimana pimpinan digambarkan akan memberikan pengarahan atau perintah,bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
             Dari dua pendapat ini,dapat kita simpulka bahwa pengrtian kepemimpinan adalah sebuah proses dimana pimpinan menpengaruhi individu/seseorang di dalam sebuak kelompok organisasi  dengan beberapa cara dalam mencapai tujuan di situasi tertentu.
       
        Gaya Kepemimpinan

A.      Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan yang memusatkan segala urusan hanya pada pemimpin. Keputusan ada ditangan pemimpin dan semua perintah di berikan oleh pemimpin dan bawahan hanya menjalankan perintah tanpa adanya ikut campur. Bawahan tidak di beri wewenang dalam memutuskan sesuatu.
B.      Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan yang memberikan wewenang dalam pemecahan masalah kepada bawahannya. Dalam memecahkan suatu masalah,bawahan di ikut sertakan dalam pengambilan keputusan dan di beri hak pemecahan masalah itu.
C.      Gaya Kepemimpinan Bebas
Gaya Kepemimpinan yang memiliki peran sebagai pemantaunya,dalam artian bahwasanya pemimpin hanya sebagai pencets gagasan atau penentu sasaran dan bawahan yang bertugas mengerjakan dengan di beri wewenang untuk mencapai sasaran itu beberapa cara yang dimiliki bawahan.

 Tipe-tipe Kepemimpinan.

A.      Kharismatik

Tipe kepemimpinan yang memiliki energi,daya tarik dan pembawaan yang bisa mempengaruhi orang lain agar mau menjadi pengikutnya dan memiliki inspirasi,keberanian,dan berkenyakinan teguh terhadap diri sendiri.

B.      Paternalistik dan Maternalistik

                                                                     I.           Tipe Kepemimpinan Paternalistik yang di identikan dengan sifat kebapakan seperti :
a)      Menganggap bawahannya belum dewasa/kekanak-kanakan,
b)      Bersikap terlalu melindungi bawahan,
c)       Tidak pernah memberikan bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri,
d)      Tidak pernah memberikan bawahannya untuk berinisiatif dalam bekerja,
e)      Tidak pernah memberikan bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas,
f)       Bersikap maha tahu dan maha benar.

                                                                   II.            Tipe Maternalistik hampir sama dengan paternalistik,hanya saja yang membedalannya adalah sikap over-protective yang penuh kasin sayang yang berlebihan

C.      Militeristiik

Tipe kepemimpinan yang mirip dengan dengan gaya kepemimpnan Otoriter dengan sifat seperti :

a)      Menggunakan sistem perintah/komando dengan cara yang keras namun kurang bijaksana,
b)      Menyenangi formalitas dan tanda kebesaran yang berlebihan
c)       Mewajibkan adanya kedisplinan,
d)      Tidak menghendaki adanya usul,saran,sugesti,kritik dari bawahan,
e)      Tipe komunikasi yang searah.

D.      Otokratis (Outhoritative,Dominator)

Tipe Kepemimpinan yang mempunyai ciri :
a)      Mendasar pada kekuasaan dan paksaan mutlak,
b)      Pemimpin berperan sebagai pemain tungaal,
c)       Berambisi untuk merajai situasi,
d)      Perintah dan kebijakan selalu di tetapkan sendiri,
e)      Penyampaian informasi yang kurang mendetail kepada bawahan,
f)       Adanya sikap ekslurisme,
g)      Ingin selalu berkuasa secaa absolut,
h)      Sikap dan prinsip sangat konservatif kuno,ketat dan kaku.

BIOGRAFI PEMIMPIN


Biografi Muhammad Al Fatih (Mehmed II)
Sultan Mehmed II/Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: محمد ثانى Meḥmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفاتح), “sang Penakluk”, dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; 30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu’ setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ‘Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.
Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.




Usaha Muhammad Al Fatih Menakhlukkan Konstantinopel
         Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Costantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.

         Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ‘Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.

       Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

       Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.

         Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ‘ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma’il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ‘ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.

         Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sulthan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur’an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.

        Syeikh Ak Samsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sulthan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.

        Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.

        Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.



 TULISAN BEBAS


Dakwah bukan jalan yang mudah

                Kalo kita denger kata dakwah,terkadang suka berpikir kalau apa yang dilakukan para penceramah itu adalah hal yang biasa da hanya mengejar materil saja agar dapat menghidupi dirinya dan keluarganya saja. Banyak orang yang terkadang menyepelekan pendakwah atau aktivis dakwah yang sedang berdakwah.

                Banyak orang yang terkadang berpikiran bahwa ajaran yang di ajarkan pendakwah itu adalah hal yang melenceng dari aqidah agama bahkan ada yang mengatakan bahwa kalau ilmu masih rendah tidak boleh berdakwah. Kata siapa?

                Perjalanan dakwah yang aling awal adalah ketika masih dini/kecil dengan mengaji di TPA atau masjid-masjid dan mushola,kemudian ketika di SMP kita bisa ikut kegiatan keagamaan seperti eskul agama islam yag mengajarkan segala hal dan bukan cuma dakwah tapi pelajaran lain. Banyak anak SMP yang mengatakan kalu dakwah itu tidaklah susah dan hanya di lakukan dengan menghafal teks atau melihat lembaran saat berceramah.

                Hal yang salah jika itu benarkan,dakwah itu tidaklah gampang,namun sulit dalam menjalaninya. Para aktivis dakwah harus kuat ketika mereka di cemooh oleh orang ketika ajaran yang di ajarkan di suatu desa atau kelompok masyarakat yang belum begitu mengert tentang ilu agama yang begitu mendalam.
                 
              Di tingkat SMA bahkan kita diajarkan tentang dakwah dan perjalannannya dalam menyambung tali penghubung antara aktivis senior ke junior dalam berdakwah. Di tingkat Universitas saja kita sudah terjun langsung dan merasakan betapa susanya berdakwah jika kita ingin menegakkan risalah nabi. Mungkin perjuanagan dakwah itu memanglah tidak mudah tapi kita harus membuat perjalanan yng susah itu menjadi hal yang menyenangkan dan sebagai investasi pahala kita.


0 comments:

Post a Comment