Saturday, 29 November 2014

Ironi, Susahnya Jumatan di Negeri Islam

Ini adalah kisah nan unik dari Pak Dahlan Iskan, ketika berkunjung ke Negara Islam Iran, ketika beliau masih menjabat sebagai Dirut PLN.

Berikut akan kami paparkan penggalan kisahnya :

“Kami mendarat di Bandara internasional Imam Khomeini, Teheran menjelang waktu shalat Jumat. Maka saya pun ingin segera kemasjid: sembahyang Jumat. Saya tahu tidak ada kampung di sekitar bandara ini. Dari atas terlihat bandara ini seperti benda jatuh di tengah gurun tandus yang maha luas. Tapi setidaknya pasti ada masjid di bandara itu.“

“Memang ada masjid di bandara itu, tapi tidak dipakai sembahyang Jumat. Saya pun minta diantarkan ke desa atau kota kecil terdekat. Ternyata saya kecele. Di Iran tidak banyak tempat yang menyelenggarakan sembahyang Jumat. Bahkan, di kota sebesar Teheran, ibukota negara dengan penduduk 16 juta orang itu, hanya ada satu tempat sembahyang Jumat. Itu pun bukan di masjid, tapi di universitas Teheran. Dari bandara memerlukan waktu perjalanan 1 jam. Atau bisa juga ke Kota Suci Qum. Tapi jaraknya lebih jauh lagi. Di Negara Islam Iran, Jumatan hanya diselenggarakan di satu tempat saja di setiap kota besar.”

“Jadi, tidak ada tempat Jumatan di bandara ini?” tanya saya.

“Tidak ada. Kalau kita mau Jumatan harus ke Teheran (40 km), atau ke Qum (70 km). Sampai di sana waktunya sudah lewat,” katanya.

Sungguh terperangah membaca cerita Pak Dahlan ini, sungguh luarbiasa unik, karena kata banyak orang Iran itu Negara Islam jadi sungguh sangat mengejutkan, jika disana sholat Jum’at tidak banyak di amalkan. Kalau kita bandingkan dengan Indonesia pasti sangat bertolak belakang, di Indo banyak sekali tempat untuk menjalankan shalat Jum’at. Bahkan, di setiap kampung bisa ada dua masjid yang menjalankan shalat Jum’at. Benar benar Iran yang unik.

Mungkin kita akan lebih kaget lagi dengan lanjutan cerita dari beliau ini:
“Shalat Jumat ternyata memang tidak wajib di Negara Islam Iran yang menganut aliran Syiah itu. Juga tidak menggantikan shalat dzuhur. Jadi siapa pun yang shalat Jumat tetap harus shalat dzuhur.”

Kita pasti terheran heran dengan paparan Pak DI diatas?? Tapi jangan terkejut, karena masih banyak hal hal yg unik lainnya, seperti hubungan dagang Iran dengan Amerika dan cara berpakaian wanita Iran di kota sucinya “QUM”, (berikut):

“Dan lihatlah cara wanita Iran berpakaian. Termasuk di Kota Suci Qum. Memang semua wanita diwajibkan memakai kerudung (termasuk wanita asing), tapi ya tidak lebih dari kerudung itu. Bukan jilbab, apalagi burqah. Kerudung itu menutup rapi kepala tapi boleh menyisakan bagian depan rambut mereka. Maka, siapa pun bisa melihat mode bagian depan rambut wanita Iran. Ada yang dibuat modis sedikit keriting dan sedikit dijuntaikan keluar dari kerudung. Ada pula yang terlihat dibuat modis dengan cara mewarnai rambut mereka. Ada yang blonde, ada pula yang kemerah-merahan.”

“Bagaimana baju mereka? Pakaian atas wanita Iran umumnya juga sangat modis. Baju panjang sebatas lutut atau sampai ke mata kaki. Pakaian bawahnya hampir 100 persen celana panjang yang cukup ketat. Ada yang terbuat dari kain biasa, tapi banyak juga yang celana jean. Dengan tampilan pakaian seperti itu, ditambah dengan tubuh mereka yang umumnya langsing, wanita Iran terlihat sangat modis. Apalagi, seperti kata orang Iran, dari 10 wanita Iran yang cantik adalah 11! Sedikit sekali saya melihat wanita Iran yang memakai burkah, itu pun tidak ada yang sampai menutup wajah.”

Di Iran juga msih ada Coca Cola lho?? Jangan kaget ya??
“Rupanya, meski Iran membenci Amerika dan sekutunya, tapi tidak sampai membenci produk-produknya. Iran membenci Amerika, hanya karena Amerika membantu Israel. Ini jauh dari bayangan saya sebelum datang ke Iran. Saya pikir, Iran membenci apa pun yang datang dari Amerika. Ternyata tidak. Bahkan, Coca-cola dijual secara luas di Iran. Demikian juga Pepsi dan Miranda. Belum lagi Gucci, Prada dan seterusnya.”

Itulah sekilas tentang Iran yang bisa kita tangkap dari cerita Pak Dahlan Iskan, kesimpulan saya: “Iran benar-benar Negara Islam yang aneh nan unik. Apakah menurut Anda Iran juga se-unik itu?”

0 comments:

Post a Comment