Ini adalah kisah nan unik dari Pak Dahlan Iskan, ketika berkunjung ke
Negara Islam Iran, ketika beliau masih menjabat sebagai Dirut PLN.
Berikut akan kami paparkan penggalan kisahnya :
“Kami mendarat di Bandara internasional Imam Khomeini, Teheran
menjelang waktu shalat Jumat. Maka saya pun ingin segera kemasjid:
sembahyang Jumat. Saya tahu tidak ada kampung di sekitar bandara ini.
Dari atas terlihat bandara ini seperti benda jatuh di tengah gurun
tandus yang maha luas. Tapi setidaknya pasti ada masjid di bandara itu.“
“Memang ada masjid di bandara itu, tapi tidak dipakai sembahyang
Jumat. Saya pun minta diantarkan ke desa atau kota kecil terdekat.
Ternyata saya kecele. Di Iran tidak banyak tempat yang menyelenggarakan
sembahyang Jumat. Bahkan, di kota sebesar Teheran, ibukota negara dengan
penduduk 16 juta orang itu, hanya ada satu tempat sembahyang Jumat. Itu
pun bukan di masjid, tapi di universitas Teheran. Dari bandara
memerlukan waktu perjalanan 1 jam. Atau bisa juga ke Kota Suci Qum. Tapi
jaraknya lebih jauh lagi. Di Negara Islam Iran, Jumatan hanya
diselenggarakan di satu tempat saja di setiap kota besar.”
“Jadi, tidak ada tempat Jumatan di bandara ini?” tanya saya.
“Tidak ada. Kalau kita mau Jumatan harus ke Teheran (40 km), atau ke Qum (70 km). Sampai di sana waktunya sudah lewat,” katanya.
Sungguh terperangah membaca cerita Pak Dahlan ini, sungguh luarbiasa
unik, karena kata banyak orang Iran itu Negara Islam jadi sungguh sangat
mengejutkan, jika disana sholat Jum’at tidak banyak di amalkan. Kalau
kita bandingkan dengan Indonesia pasti sangat bertolak belakang, di Indo
banyak sekali tempat untuk menjalankan shalat Jum’at. Bahkan, di setiap
kampung bisa ada dua masjid yang menjalankan shalat Jum’at. Benar benar
Iran yang unik.
Mungkin kita akan lebih kaget lagi dengan lanjutan cerita dari beliau ini:
“Shalat Jumat ternyata memang tidak wajib di Negara Islam Iran yang
menganut aliran Syiah itu. Juga tidak menggantikan shalat dzuhur. Jadi
siapa pun yang shalat Jumat tetap harus shalat dzuhur.”
Kita pasti terheran heran dengan paparan Pak DI diatas?? Tapi jangan
terkejut, karena masih banyak hal hal yg unik lainnya, seperti hubungan
dagang Iran dengan Amerika dan cara berpakaian wanita Iran di kota
sucinya “QUM”, (berikut):
“Dan lihatlah cara wanita Iran berpakaian. Termasuk di Kota Suci Qum.
Memang semua wanita diwajibkan memakai kerudung (termasuk wanita
asing), tapi ya tidak lebih dari kerudung itu. Bukan jilbab, apalagi
burqah. Kerudung itu menutup rapi kepala tapi boleh menyisakan bagian
depan rambut mereka. Maka, siapa pun bisa melihat mode bagian depan
rambut wanita Iran. Ada yang dibuat modis sedikit keriting dan sedikit
dijuntaikan keluar dari kerudung. Ada pula yang terlihat dibuat modis
dengan cara mewarnai rambut mereka. Ada yang blonde, ada pula yang
kemerah-merahan.”
“Bagaimana baju mereka? Pakaian atas wanita Iran umumnya juga sangat
modis. Baju panjang sebatas lutut atau sampai ke mata kaki. Pakaian
bawahnya hampir 100 persen celana panjang yang cukup ketat. Ada yang
terbuat dari kain biasa, tapi banyak juga yang celana jean. Dengan
tampilan pakaian seperti itu, ditambah dengan tubuh mereka yang umumnya
langsing, wanita Iran terlihat sangat modis. Apalagi, seperti kata orang
Iran, dari 10 wanita Iran yang cantik adalah 11! Sedikit sekali saya
melihat wanita Iran yang memakai burkah, itu pun tidak ada yang sampai
menutup wajah.”
Di Iran juga msih ada Coca Cola lho?? Jangan kaget ya??
“Rupanya, meski Iran membenci Amerika dan sekutunya, tapi tidak
sampai membenci produk-produknya. Iran membenci Amerika, hanya karena
Amerika membantu Israel. Ini jauh dari bayangan saya sebelum datang ke
Iran. Saya pikir, Iran membenci apa pun yang datang dari Amerika.
Ternyata tidak. Bahkan, Coca-cola dijual secara luas di Iran. Demikian
juga Pepsi dan Miranda. Belum lagi Gucci, Prada dan seterusnya.”
Itulah sekilas tentang Iran yang bisa kita tangkap dari cerita Pak
Dahlan Iskan, kesimpulan saya: “Iran benar-benar Negara Islam yang aneh
nan unik. Apakah menurut Anda Iran juga se-unik itu?”
Saturday, 29 November 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment